Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memacu industri kosmetik dan obat tradisional agar menjadi sektor andalan. Dimana berkontribusi besar terhadap nilai ekspor nasional dan mampu melakukan substitusi impor. Langkah strategis ini diyakini akan mendorong pertumbuhan ekonomi secara inklusif.
”Industri kosmetik dan jamu bisa menjadi ujung tombak yang baru bagi sektor manufaktur dan ekonomi nasional karena terdiri atas multiplayer. Jadi, industri ini sifatnya inklusif atau banyak masyarakat yang bisa mengembangkannya,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto pada pembukaan Pameran Industri Kosmetik dan Obat Tradisional di Jakarta kemarin.
Menperin mengungkapkan, postur skala industri kosmetik di Indonesia saat ini didominasi hingga 95% dari industri kecil dan menengah (IKM), sisanya merupakan industri besar.
Dari industri skala menengah dan besar ini, beberapa sudah mampu mengekspor produknya ke luar negeri, seperti ke kawasan ASEAN, Afrika, dan Timur Tengah. Dari sisi ekspor, penjualan produk kosmetik nasional mencapai USD556,36 juta pada 2018, naik dibandingkan capaian pada 2017 sebesar USD516,88 juta.
”Pemerintah terus berupaya me ningkatkan daya saing industri ini dengan menerbitkan kebijakan strategis yang dapat memperkuat struktur sektor tersebut,” tegasnya.
Sekjen Kemenperin Haris Munandar menyampaikan, Kemenperin aktif memfasilitasi para pelaku industri kosmetik dan obat tradisional untuk berpromosi melalui kegiatan pameran.
”Tahun ini pameran diikuti 46 peserta, terdiri atas 15 perusahaan obat tradisional dan 30 perusahaan kosmetik. Ada juga partisipasi Balai Besar Industri Kimia (BBKK),” ungkapnya.
Sumber: okezone.com