Indonesia merupakan salah satu pasar produk kosmetik yang cukup potensial, sehingga usaha ini dapat menjanjikan bagi produsen yang ingin mengembangkannya.
Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Kemperin Achmad Sigit Dwiwahjono menargetkan pada tahun ini, industri kosmetik dapat tumbuh hingga 9%. Sigit optimistis, pertumbuhan itu didorong oleh permintaan pasar dalam negeri dan ekspor yangsemakin meningkat setiap tahunnya. Hal ini seiring tren.
Sementara itu Direktur PT Kino Indonesia Tbk, Budi Muljono, melihat bisnis kosmetik di Indonesia cukup potensial. Hanya saja saat ini portfolio kosmetik terbilang kecil bagi emiten berkode saham KINO ini. “Secara keseluruhan memang kosmetik merupakan industri yang cukup berkembang pesat,” kata Budi kepada KONTAN, Minggu (14/4).
Adapun di bisnis konsumer, KINO punya strategi untuk memiliki keterbaruan dalam produk dan strategi branding yang sesuai kebutuhan pasar. Oleh karena itu, untuk tahun ini, KINO menargetkan penjualan tumbuh 30% dan laba bersih bisa naik 60%.
Tahun ini KINO mempersiapkan capex sebesar Rp 250 miliar sampai Rp 300 miliar. Sumber dana masih berasal dari laba yang tersisa tahun lalu dan juga dari penggunaan dana IPO. “Kami akan gunakan untuk meningkatan kapasitas produksi untuk produk-produk yang masih memiliki upside tinggi,” jelas Budi.
Dalam laporan keuangan 2018, tercatat pendapatan KINO sebesar Rp 3,6 triliun atau naik 16,1% dari periode tahun 2017 sebesar Rp 3,1 triliun. Sedangkan laba bersih pada tahun 2018 sebesar Rp 150,14 miliar. Atau naik 36,3% dari periode tahun 2017 sebesar Rp 110,4 miliar.
Sebelumnya, PT Martina Berto Tbk (MBTO) optimistis kinerja tahun ini akan lebih cantik dari tahun lalu. Emiten ini menargetkan pendapatan tahun ini bisa tumbuh 39% dari tahun 2018 silam atau menjadi sebesar Rp 750 miliar.
Untuk melancarkan target tersebut, MBTO telah mempersiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) senilai Rp 32 miliar di tahun ini. Menurut Direktur Utama MBTO Bryan David Emil capex tahun ini lebih besar dari tahun lalu. Pada 2018 alokasi belanja modal MBTO sebesar Rp 16 miliar.
“Pada tahun 2019 banyak sekali yang harus kami lakukan dibandingkan tahun 2018 lalu. Sumber capex kami dari cash dan pinjaman bank,” katanya kepada KONTAN beberapa saat lalu.
Presiden Direktur PT Mandom Indonesia Tbk Tatsuya Arichi mengatakan, prospek bisnis consumer goods masih cukup menantang pada tahun ini. Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan tahun lalu. Meskipun demikian, pasar domestik dinilai masih prospektif meski belum sepenuhnya kondusif.
Karena itu, kedepannya Mandom Indonesia akan terus mendorong penjualan produknya melalui inovasi pada beberapa merek seperti Pixy, Gatsby, Pucelle dan lainnya.
Sejauh ini, pasar domestik masih menjadi kontributor terbesar penjualan Mandom Indonesia yang menyumbang 76% terhadap total penjualan tahun lalu. Sementara sisanya 24% disumbang oleh penjualan ekspor.
“Untuk itu di tahun 2019, Mandom Indonesia akan berupaya untuk mencatatkan pertumbuhan 5%- 10% secara keseluruhan,” ujar Tatsuya dalam keterbukaan informasi.
Sumber: https://industri.kontan.co.id